Finance EISSN 24607819Tersedia

subject Type Homework Help
subject Pages 9
subject Words 3510
subject School UII
subject Course Jurnal

Unlock document.

This document is partially blurred.
Unlock all pages and 1 million more documents.
Get Access
Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen, Vol. 3 No. 1, Januari 2017
143
E-ISSN: 2460-7819
P-ISSN: 2528-5149
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jabm
Nomor DOI: 10.17358/JABM.3.1.143
MINAT KEPEMILIKAN KARTU KREDIT (STUDI KASUS KOTA BOGOR)
Bunga Ayu Lestari*)1, Budi Suharjo**), dan Istiqlaliyah Muflikhati**)
*) Sekolah Bisnis, Institut Pertanian Bogor
Jl. Raya Pajajaran, Bogor 16151
**) Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
Jl. Meranti Wing 22 level 4-5, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
**) Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Gedung GMSK Lantai 2, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
ABSTRACT
The growth of the credit card ownership in 2014 is not suitable with the projection of
Bank Indonesia (BI). This issue influences the program of the government regarding
cash leash society and the effectiveness of BI’s regulation on credit card. It is not clear
whether the growth is from the new credit card owners or the existing owners. This
is possible because the marketers often offer the credit card to existing owners who
have already credit cards. The objective of the research is to analyze the factors of the
people’s interest in possessing a credit card in Bogor. The analysis used is Planned
Behavior Theory, statistical analysis and structural equation modeling (SEM). The
result shows that only 17% of the people are interested in owning a credit card. Based
on the statistical analysis using SEM shows that behavior, norm, and controlling
behavior are significant and positive to the owning of the credit card. The behavior
control through indicators presented fewer people using credit card in the environment
of consumer is a determinant factor in influencing the interest on ownership of the
credit card.
Keywords: theory planned behavior (TPB), consumer behavior, SEM credit card
ABSTRAK
Pertumbuhan kepemilikan kartu kredit sepanjang tahun 2014 tidak sesuai dengan
proyeksi Bank Indonesia (BI). Hal ini tentunya berdampak pada program pemerintah
mengenai cash lessh society dan keefektifan peraturan BI terkait kartu kredit. Selain itu,
belum diketahui juga secara pasti pertumbuhan tersebut datang dari pemilik baru atau
justru pengguna eksisting. Hal ini dimungkinkan karena pihak marketing umumnya
memasarkan kartu kredit pada nasabah yang sebelumnya telah memiliki kartu kredit.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang menentukan minat
seseorang dalam memiliki kartu kredit dengan mengambil studi kasus kota Bogor.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Teori Planned Behavior
(TPB), analisis statistik, dan structural equation modeling (SEM). Hasil penelitian
penunjukkan minat kepemilikan kartu kredit hanya sebesar 17%. Berdasarkan analisis
statistik dengan SEM menunjukkan bahwa sikap, norma dan kontrol perilaku memiliki
hasil signifikan dan positif terhadap minat. Kontrol terhadap perilaku melalui indikator
sedikitnya orang yang menggunakan kartu kredit di lingkungan sekitar konsumen,
menjadi faktor determinan yang dapat memengaruhi niat kepemilikan kartu kredit.
Kata kunci: theory planned behavior (TPB), kontrol perilaku, SEM, kartu kredit
1 Alamat Korespondensi:
Email: bunga.al87@gmail.com
Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen, Vol. 3 No. 1, Januari 2017
144
E-ISSN: 2460-7819
P-ISSN: 2528-5149
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jabm
Nomor DOI: 10.17358/JABM.3.1.143
PENDAHULUAN
Dalam rangka mendorong masyarakat agar
menggunakan instrumen non tunai (Cash Less
Society/CLS), pemerintah melalui BI secara resmi
mencanangkan gerakan nasional non tunai (GNNT).
Berbagai instansi pemerintah lainnya spserti Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Ketenagakerjaan
(Kemenaker), serta Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), juga
turut mendukung tumbuhnya CLS dengan melakukan
penandatanganan nota kesepahaman yang berisikan
peningkatan kepemilikan transaksi non-tunai dan
perluasan akses keuangan bagi tenaga kerja indonesia
di Jakarta.
Kartu Kredit merupakan salah satu alat pembayaran
dengan menggunakan kartu (APMK). Kartu kredit
menawarkan dua fungsi yang berbeda kepada konsumen
yaitu sebagai alat pembayaran dan sumber kredit
(Canner dan Luckett (1992) dalam Abdelrahmamn,
2011). Peran kartu kredit sebagai salah satu indikator
tumbuhnya CLS, merupakan sistem pembayaran yang
aman dan praktis. Jika kartu kredit digunakan secara
bijak maka kartu kredit akan memberikan manfaat.
Ketika kartu kredit digunakan dengan cara yang
salah maka kartu kredit akan mengakibatkan berbagai
masalah finansial bagi penggunanya (Gunawan dan
Linawati, 2013).
Kepemilikan kartu kredit di negara-negara maju,
begitu luas dikalangan masyarakat dengan tingkat
penetrasi mendekati nilai 100% (Abdul-Muhmin dan
Umar, 2007), sedangkan di Indonesia masih terbilang
rendah. Melalui data yang dipublikasi oleh BI (Gambar
1), perkembangan jumlah kartu kredit beredar di
Indonesia sendiri pada tahun 2014 mencapai 16 juta
pemilik. Namun, hal tersebut masih jauh dari target yang
diharapkan, karena BI sendiri telah memproyeksikan
kepemilikan kartu kredit tumbuh hingga mencapai 20–
25% pada tahun 2014 atau sebesar 30,01 juta–37,52
juta.
Biro Riset Infobank (birI) menyebutkan bahwa aturan
yang memperketat kepemilikan kartu kredit dari
BI yang tertuang dalam Peraturan BI (PBI) Nomor
14/2/PBI/2012 dan ketentuan teknis kepemilikan
kartu kredit melalui Surat Edaran BI (SE BI) Nomor
14/27/DASP/2012 pada September 2012, telah
menjadi penghambat pertumbuhan kepemilikan kartu
kredit tersebut (IBI, 2009). Dugaan lain rendahnya
pertumbuhan kepemilikan kartu kredit juga dapat
disebabkan oleh semakin tingginya kesadaran orang
untuk tidak menggunakan kartu kredit. Sulistyawaty
(2012) menemukan bahwa faktor tidak butuh
memengaruhi atau memotivasi perilaku konsumen
untuk tidak memiliki kartu kredit. Penelitian Fathia
(2012) menyampaikan bahwa terdapat perilaku
masyarakat yang menolak menggunakan kartu kredit,
dengan masalah keamanan menjadi faktor penyebab
utama. Dalam penelitian Sayono (2009) menyebutkan
alasan utama seseorang tidak memiliki kartu kredit
adalah ketakutan berhutang.
Kondisi aktual lapang menunjukkan bahwa penawaran
kartu kredit ditunjukkan kepada konsumen yang
telah memiliki kartu kredit. Bagi bank penerbit kartu
kredit, terutama yang telah memiliki nama besar atau
berstatus badan usaha milik negara (BUMN), catatan
rekam jejak dalam berhutang dinilai penting untuk
dimiliki seseorang yang akan mengajukan kepemilikan
kartu kredit. Pengajuan kepemilikan kartu kredit baru
seringkali dispersyaratkan untuk memiliki kartu kredit
sebelumnya sehingga bagi konsumen yang melakukan
pengajuan pertama atau belum memiliki kartu kredit
selalu menghadapi penolakan.
Gambar 1. Grafik pertumbuhan kartu kredit (Bank Indonesia, 2015)
page-pf3
E-ISSN: 2460-7819
P-ISSN: 2528-5149
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jabm
Nomor DOI: 10.17358/JABM.3.1.143
Keberadaan kartu kredit diketahui dengan baik oleh
masyarakat. Untuk sebagian kalangan, kartu kredit
bahkan mendukung gaya hidupnya dan dimanfaatkan
pada hampir semua transaksi pembelian barang atau
jasa (Sulistyawaty, 2012). Akan tetapi, masih banyak
konsumen yang belum menggunakan kartu kredit,
bahkan menolak untuk memiliki kartu tersebut.
Penelitian ini membahas faktor-faktor yang
Memengaruhi seseorang dalam minat kepemilikan
kartu kredit. Pemasar atau pihak bank perlu mempelajari
alasan apa yang melatar belakangi seseorang dalam
mengambil keputusan untuk memiliki kartu kredit.
Teori Perilaku Terencana (Theory Planned Behaviour/
TPB) adalah model sikap yang memperkirakan minat
atau niat konsumen untuk melakukan suatu perilaku
atau tindakan (Sumarwan, 2011). Niat tidak hanya
bergantung kepada sikap, tetapi juga norma-norma
subjektif atau tekanan sosial yang dilakukan oleh orang
lain, seperti orang tua dan teman, untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu perilaku (Haryono, 2013).
Theory Planned Behaviour (TPB) dalam penelitan
Matheison (1991), yang dikutip oleh Rochmawati
(2013), terbukti mampu menyediakan informasi yang
berdasarkan kemudahan untuk mendapatkan sampel
tersebut. Syarat responden yang digunakan pada
penelitian ini adalah warga Kota Bogor yang berusia
minimal 21 tahun, memiliki pendapatan diatas Rp3
juta per-bulan dan tidak memiliki kartu kredit. Total
keseluruhan responden yang digunakan sebagai sampel
berjumlah 86 responden
Dalam upaya menjawab tujuan penelitian, dilakukan
sebuah studi kasus di Kota Bogor, dengan menggunakan
data primer dan data pendukung. Data primer diperoleh
dari tanggapan responden melalui wawancara langsung
berdasarkan daftar pertanyaan. Responden memberikan
informasi mengenai karakteristik konsumen di Bogor
dan perilaku konsumen terkait kartu kedit. Terdapat
sejumlah publikasi ilmiah, artikel-artikel melalui
internet dan perpustakaan sebagai data pendukung.
Penelitian ini dibangun dengan mengacu kepada teori
perilaku terencana atau TPB yang dikembangkan
oleh Ajzen. Kemudian dilakukan penelitian terhadap
perilaku responden dan minat responden terkait kartu
kredit. Selanjutnya, menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi minat masyarakat dalam kepemilikan
kartu kredit, diantaranya adalah sikap terhadap perilaku
page-pf4
page-pf5
page-pf6
page-pf7
page-pf8
page-pf9

Trusted by Thousands of
Students

Here are what students say about us.

Copyright ©2022 All rights reserved. | CoursePaper is not sponsored or endorsed by any college or university.